Senin, 22 Juni 2020

Siapkan Diri Sambut New Normal


Pada tahun 2020 kali ini dunia tengah dilanda dengan pandemi virus Corona atau COVID 19. Telah banyak manusia yang menjadi korban dari keganasan COVID-19 ini. Perekonomian dunia anjlok mengakibatkan orang-orang pinggiran semakin sengsara. Mereka yang bergantung pada orang lain untuk mencari pangan kini harus memutar otak agar bisa meneruskan hidup. Agenda yang telah tersusun rapi harus kandas karena pandemic ini. Tahun 2020 ini kita semua merasakan kesedihan. Tapi percayalah kawan, dibalik kesedihan ini akan ada waktu dimana kita semua menebus segala kerinduan yang terpendam ini. Kita akan bertemu kembali  dengan jiwa yang berbeda, lebih kuat dan berwibawa.
Bagi beberapa orang berdiam diri di rumah ditengah pandemic ini adalah pilihan yang terbaik karena bisa mengurangi intensitas kerumunan sehingga dapat memperlambat penyebaran virus corona. Namun jika kita melihat dari sudut pandang yang berbeda, bagaimana dengan orang-orang yang mengais rezeki harus meninggalkan rumah? Juga buruh yang mendapat gaji harian? Seperti buruh, pedagang, para tukang dan sopir angkutan umum, dan sebagainya. Tentu saja mereka akan memilih bekerja meski harus keluar rumah dan menghadapi virus corona walaupun mereka merasa khawatir akan membawa virus ke keluarga. Namun, apalah daya tuntutan ekonomi sangat dibutuhkan untuk menghidupi keluarga di rumah. Ada yang berpikir berdiam diri di rumah dan bekerja di luar rumah hasilnya adalah sama jika yang dikhawatirkan adalah virus corona. Berdiam diri di rumah mati karena kelaparan dan bekerja di luar rumah mati karena virus. Sama saja bukan? Oleh karena itu, beberapa dari mereka nekat untuk memilih bekerja di luar rumah setidaknya ketika anak mereka meminta uang untuk ‘jajan' mereka agar bisa memberikan sedikit kebahagian untuk anaknya. Memang miris ketika banyak senyum dan tawa yang terenggut akibat virus corona. Namun kawan, badai pasti berlalu. Tidak ada kesedihan yang abadi dan tiada pula kebahagiaan terus menerus, alam semesta telah membagi rata rasa kita. Bahagia dan lara serta kerinduan dan penyesalan. COVID-19 mengajarkan kita semua pentingnya menghargai pertemuan ketika temu menjadi hal yang istimewa. Mulailah untuk memulai pola hidup baru yang lebih sehat. Terdengar sulit ketika belum terbiasa. Namun, kita harus mulai membiasakan diri untuk melanjutkan hidup di tengah pandemic ini. Aku dan kamu tidaklah sendiri, kita semua akan memerangi virus corona secara bersama-sama. Sehingga kehidupan normal kita bisa tergapai kembali.
Mayoritas masyarakat mengeluhkan rasa bosan ketika berada di rumah terutama para remaja. Libur yang diberikan oleh sekolah pun bukan digunakan untuk belajar justru dijadikan ajang berlibur dan bermain seperti ke mall, pantai, puncak bahkan nongkrong di café. Seolah mereka tidak memperdulikan kesehatan diri sendiri. Bagaimana para tenaga medis dan penggali makam merasakan hal itu, tentu saja sedih. Ketika mereka semua berjuang di garis terdepan menyembuhkan korban yang terjangkit virus corona, justru masyarakat memilih berhura-hura tanpa belas kasih. Bagaimana korban bisa berkurang jika masyarakatnya sulit diajak bekerja sama. Namun ada juga oknum yang mau membantu sesama di tengah pandemi ini, beberapa orang menyadari banyak keluarga yang kesulitan untuk menyambung hidup sehingga beberapa dari mereka menyumbangkan hartanya untuk para keluarga yang membutuhkan.

Penyakit virus corona atau yang sering kita kenal dengan COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) ditemukan pertama kali di Wuhan, China. Virus ini menyebar secara signifikan di penjuru dunia dan meningkat mulai awal Januari 2020 yang menyebabkan angka kematian yang tinggi. Perlu kita ketahui apa penyebab virus corona ini menyebar dari satu orang ke banyak orang yang lain, yaitu melalui tetesan air liur dan kontak fisik secara langsung dengan penderita yang terinfeksi virus corona. Bahkan juga bisa kita tertular melalui benda yang terkontaminasi dengan virus corona. Seperti, menggunakan toilet duduk, melalui gagang pintu, gawai, dan banyak lainnya. Yang kita tidak ketahui hal tesebut merupakan penyebab terbesar dan tercepat virus tersebut menular secara cepat.
Virus corona dapat berkembang dengan menginfeksi sel-sel ditubuh manusia. Gejalanya yang biasanya dirasakan adalah nyeri di bagian tenggorokan atau bisa juga dimulai dengan batuk kering. Lalu virus dengan cepat merambat masuk ke saluran paru-paru dan membuat jaringan yang ada di paru- paru menjadi rusak dan membengkak, sehingga membuat paru paru sulit untuk memasok oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Pembengkakan pada paru-paru membuat kurangnya oksigen dalam darah dan membuat jaringan tersebut terisi dengan cairan, nanah dan sel yang mati, dan hal ini yang menyebabkan penderita yang terkena infeksi virus corona mengalami sesak nafas dan pasien juga bisa meninggal karena kesulitan pernafasan.
Tidak hanya paru-paru yang terdampak, infeksi virus corona bisa menyebar melalui membran mukus yaitu lewat hidung dan bisa menembus sampai anus, yang menyebabkan ganguan saluran pencernaan. Inilah yang menyebabkan beberapa pasien menunjukkan gejala infeksi saluran pencernaan seperti diare dan sembelit.
Beberapa orang yang terdampak virus corona bisa sangat parah tetapi kebanyakan yang lainnya tidak. Hal ini dikarenakan sekitar 80% orang yang terinfeksi mengalami gejala yang cukup ringan tetapi 20 % mengalami gejala yang cukup serius dan sampai meninggal dunia. Bahkan ada orang terkena virus tanpa mengalami gejala. Hal ini diketahui tergantung seberapa kuatnya sistem imunitas tubuh terhadap infeksi virus. Lansia dan beberapa orang yang mempunyai masalah kesehatan atau penyakit yang sedikit berat seperti diabetes atau penyakit kronis lainnya, kemungkinan lebih besar mengalami gejala yang lebih berat hingga bisa meninggal jika terpapar virus ini.
Diketahui awal mula virus corona masuk ke indonesia yaitu terdapat sebuah pesta dansa di Jakarta, dan terdapat wni seorang ibu berumur 64 tahun dan putrinya berumur 31 tahun yang terpapar covid-19 karena sempat kontak langsung dengan warga jepang yang juga terpapar positif covid-19. Dan pasien yang sudah terpapar virus corona tersebut langsung diisolasi di rumahnya sendiri. Atau isolasi mandiri.
Dan sejak hari itu jumlah kasus positif corona semakin bertambah dari hari ke hari. Banyak pasien yang meninggal dunia, banyak juga yang dinyatakan negatif dan sembuh. Demi memutus rantai penularan covid-19, Pada pertengahan Maret 2020 pemerintah mulai membuat keputusan untuk warga Indonesia khususnya agar bisa menjaga diri dengan di rumah saja atau karantina mandiri selama 2 minggu hingga akhir Maret, dengan meliburkan sekolah dan mulai menunda event-event atau acara yang akan diselenggarakan di bulan Maret kecuali orang yang benar- benar mempunyai kepentingan dan bekerja.
Akan tetapi setelah dilaksanakan social distancing atau karantina selama 2 minggu, masih banyak juga masyarakat yang masih tidak patuh terhadap himbauan pemerintah dengan masih nekat berliburan dan pergi sesuka hati padahal itu bukan kepentingan yang mendesak seperti bekerja atau lainnya. Hal tersebut yang membuat angka peningkatan virus corona semakin signifikan. Karena angka peningkatan semakin melonjak maka pada awal April dilanjutkan social distancing dan karantina secara lebih ketat seperti perpanjangan masa lockdown, sekolah dibuat secara daring di rumah masing-masing, mall dan apapun yang menyebabkan perkumpulan masa ditutup kembali.
Lockdown dan karantina mulai diketatkan agar mengurangi penyebab penularan virus corona dan berusaha untuk memotong rantai penularan virus yang menyebabkan sebagian orang di penjuru dunia ini meninggal. Banyak sebagian orang merasa biasa atau nyaman terhadap keputusan pemerintah tentang karantina mandiri di rumah, tetapi di sisi lain banyak juga masyarakat yang merasa terbebani dengan keputusan ini. Banyak sekali orang yang harus menghidupi keluarganya, keluar rumah banting tulang demi sesuap nasi untuk makan sehari-hari, untuk kebutuhan hidupnya dan untuk kedepannya. Oleh karena itu karena banyak pertimbangan dan keaadaan ekonomi yang menurun drastis, pemerintah membuat keputusan dengan diberlakukannya "New Normal". New normal merupakan perubahan perilaku masyarakat untuk melakukan aktivitas normal seperti biasanya tetapi tetap menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus Covid-19 ini dengan adanya kebijakan baru yang dibuat oleh pemerintah ini bisa membantu menanggulangi virus ini yang dilakukan setelah masa PSBB berakhir. Meskipun begitu, ternyata kondisi new normal masih belum bisa dikatakan momentum yang tepat bagi warga Indonesia untuk beraktivitas seperti biasa, Ini dikarenakan kebijakan pemerintah untuk menyelamatkan situasi ekonomi yang saat ini sedang turun.
Banyak masyarakat yang .berharap dengan adanya new normal di Indonesia dilakukan untuk memulihkan produktivitas masyarakat yang sempat menurun akibat PSBB dan lockdown dimana semua orang dilarang untuk berpergian jauh dan berjualan maupun berkumpul ditempat umum. Dari diberlakukannya new normal ini banyak juga hal positif, yaitu dengan adanya pemberlakuan kebijakan yang dapat memperlancar produktivitas masyarakat yang sempat terhambat tetapi tetap menggunakan dan mematuhi protokol kesehatan. Tapi juga beberapa hal negatif dari adanya new normal ini yaitu semakin meingkatnya kecenderungan untuk terinfeksi virus corona, dimana mereka yang tidak mematuhi protol kesehatan dengan mulai berkumpul ditempat umum dan sudah mulai beraktivitas seperti biasanya.
New normal diterapkan pada pekerja kantor dan sektor pendidikan. Aturan protokol untuk perusahaan adalah melaksanakan WFH dan WFO secara bersamaan. WFO atau work from office ditentukan dengan setengah jumlah karyawan yang ada pada kantor tersebut. Setengah lainnya menjalankan WFH atau work from home. Pada sektor pendidikan sudah diatur oleh pemerintah pada beberapa waktu yang lalu. Pada awal ajaran tahun baru, pada jenjang SMP dan SMA menjalankan kegiatan belajar mengajar di sekolah mengikuti aturan protokol kesehatan. Pada bulan berikutnya, SD mulai mengikuti jejak, lalu dilanjutkan pada TK dan PAUD.
Apabila hal ini berjalan dengan baik, maka tetap akan dijalankan sesuai aturan yang telah ada. Namun, jika menunjukkan angka positif yang tinggi, kegiatan ini terpaksa harus dihentikan dan kembali menjalankan kegiatan melalui daring.
Jadi, sebagai masyarakat setidaknya kita harus mengikuti aturan pemerintah untuk menekan angka positif terjangkit virus corona.